SOGIESC (SEXUAL ORIENTATION, GENDER IDENTITY, EXPRESSION, SEX CHARACTERISTIC)

https://globalphilanthropyproject.org/support-lgbti-youth/

SOGIESC adalah konsep pemahaman mengenai ketubuhan, orientasi seksual, dan gender, yang dibuat agar dapat membuka pikiran masyarakat secara lebih luas. Konsep ini berlatar belakang pada banyaknya pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi karena masyarakat masih belum mampu menerima keberagaman, baik itu keberagaman gender, maupun orientasi seksual.

Ada banyak diskriminasi, persekusi, bahkan kekerasan terhadap orang-orang yang memiliki orientasi seksual berbeda. Konstruksi budaya juga membuat masyarakat memiliki pemikiran yang sempit.

Inilah heteronormativitas; norma-norma yang menyatakan bahwa seseorang dianggap normal hanya jika memiliki orientasi heteroseksual. Seseorang yang heteronormatif mengasumsikan bahwa heteroseksualitas adalah satu-satunya orientasi dan satu-satunya norma.

SO (sexual orientation):

ketertarikan baik secara fisik, emosional, romantisme, dan atau seksual pada jenis kelamin tertentu. Beberapa contoh orientasi seksual:

Heteroseksual: ketertarikan baik secara fisik, emosional, romantisme, dan atau seksual pada jenis kelamin yang berbeda.

Homoseksual: ketertarikan baik secara fisik, emosional, romantisme, dan atau seksual pada jenis kelamin yang sama. Misalnya, GAY adalah laki-laki yang tertarik pada sesama laki-laki, dan LESBIAN adalah perempuan yang tertarik pada sesama perempuan.

Aseksual: Seseorang yang tidak memiliki ketertarikan, tetapi tidak memungkiri bahwa seorang yang aseksual bisa saja memiliki ketertarikan secara fisik saja, atau emosi saja, atau bahkan sexual saja, tidak ada patokan yang resmi karena berbicara mengenai otoritas seseorang itu sendiri.

Biseksual: ketertarikan baik secara fisik, emosional, romantisme, dan atau seksual pada laki-laki dan perempuan.

Panseksual: ketertarikan baik secara fisik, emosional, romantisme, dan atau seksual yang tidak memandang identitas gender maupun jenis kelamin. Seorang yang panseksual dapat memiliki ketertarikan dengan sesama laki-laki, sesama perempuan, maupun keduanya, kepada transgender, maupun interseks.

Demiseksual: ketertarikan baik secara fisik, emosional, romantisme, dan atau seksual yang tidak memandang identitas gender maupun jenis kelamin apapun, akan tetapi melibatkan emosi yang sangat kuat dan membutuhkan waktu yang lama untuk membangun hubungan emosional dengan seseorang.

GI (gender identity): Bagaimana seseorang mengidentifikasi dirinya sebagai gender tertentu. Perlu dicatat bahwa ini adalah otoritas pribadi setiap orang. Kita tidak bisa memaksakan seorang yang fisiknya nampak seperti laki-laki sebagai laki-laki jika dia ingin mengidentifikasi dirinya sebagai perempuan. Begitupun sebaliknya. Ada orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai transgender, bahkan ada juga orang yang tidak ingin mengidentifikasi dirinya baik sebagai laki-laki, perempuan, maupun transgender. Mereka seringkali disebut sebagai “QUEER”

E (expression): mengenai bagaimana seseorang mengekspresikan dirinya

Maskulin, Feminin

Androgini (memiliki tampilan luar maskulin dan feminin sekaligus, atau berganti-ganti sesuai suasana hatinya)

SC (sex characteristic):

karakteristik seksual setiap orang. Poin ini berkaitan dengan kromosom, gonad, dan biologi. Ketika bayi baru lahir, biasanya seorang dokter akan langsung menentukan gender bayi tersebut berdasarkan karakteristik kelaminnya, namun mengesampingkan jumlah kromosom, gonad, dsb. Ini akan berdampak pada anak tersebut ketika memasuki usia dewasa. Anak yang seharusnya laki-laki dapat saja menunjukkan tanda-tanda tumbuh payudara, atau mengalami menstruasi, ketika ia memasuki usia remaja. Kondisi seperti ini disebut interseks.

Seorang interseks adalah orang yang lahir dengan variasi karakteristik seks seperti kromosom, kelenjar kelamin, hormon, atau organ genitalia yang tidak padan dengan definisi umum mengenai laki-laki atau perempuan. Ketidaktahuan mengenai karakteristik seksual akan sangat berdampak pada seorang interseks. Di luar negeri, seorang interseks dapat menentukan sendiri jenis kelamin yang di inginkannya, tentu saja yang sesuai dengan karakteristik seksualnya.

Hanjar Makhmucik S.H, M.H

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *