- Kemitraan dalam menjalankan program ini kita mulai dengan pertemuan 3 SSR (NGO, KPAD, Dinkes) dalam 1 forum terbuka, pertemuan ini dilakukan 3 bulan sekali secara bergantian oleh KPAD, Dinkes dan NGO bertujuan melakukan proses monitoring dan evaluasi implementasi program di lapangan yang baik program yang dilakukan oleh KPAD, Dinkes maupun NGO.
Beberapa permasalahan muncul pada kwartal ini:
- Penyediaan layanan mobile VCT dan IMS yang belum sesuai dengan target
- Penyediaan logistik yang tersendat karena distribusi reagen dari Dinas Kesehatan Propinsi yang terbatas.
- Pelaksanaan layanan mobile yang terkendala karena terbentur pada jam kerja layanan. (mobile klinik pada malam hari dan hari sabtu-minggu).
Setelah melalui diskusi dan mencari solusi terkait masalah-masalah tersebut, untuk sasaran mobile VCT dan rujukan yang dipermasalahkan adalah faktor resiko KD yang di bawa ke layanan. Perlunya persamaan persepsi dari seemua pihak bahwa orientasi resiko seseorang memang sulit ditentukan dan di gali hanya dalam waktu singkat. Namun NGO akan berusaha menggali dan mencarai KD yang sesuai dengan sasaran.
Bagaiman dengan Bumil yang diharuskan untuk di tes HIV, namun faktor resikonya tidak pernah di permasalahkan?. (masih mencari jawaban untuk kesepakatan).
Permasalahan stok reagen memang Dinkes tidak bisa berbuat banyak. Kewenangan terkait reagen adalah tanggungjawab dinkes propinsi, hal inilah yang menjadikan layanan belum bisa berjalan optimal.
Sedangkan untuk layanan mobile diluar jam kerja, terjadi kesepakatan untuk membuat surat permohonan lembor dari Kepala Puskesmas yang diajukan oleh Dinkes pada tim Klinik yang ditunjuk. Meskipun tidak semua klinik tenaganya bersedia melakukan kegiatan tersebut. Klinik VCT RSUD tetap tidak mau melakukan layanan di malam hari dan saat hari libur. sedangka Seroja tidak mau melakukan layanan Mobile VCT di luar jam kerja (malam hari) tapi pada hari libur mereka mau.
Oleh,
Hanjar Makhmucik, S.H, M.H – Direktur yayasan redline indonesia