Yayasan Redline Indonesia baru-baru ini menyelenggarakan pelatihan yang inovatif mengenai skrining HIV mandiri. Acara ini diadakan pada tanggal 16 Juni 2023 di VIVA Hotel Kediri. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penjangkau lapangan dalam mengimplementasikan metode skrining HIV mandiri yang efektif.
Melalui pelatihan ini, Yayasan Redline Indonesia berkomitmen untuk membantu meningkatkan kesadaran dan penanganan HIV di Indonesia. Skrining HIV mandiri menjadi pilihan yang relevan untuk mencapai tujuan ini. Hal ini karena memberikan akses mudah dan pribadi bagi individu yang ingin menguji diri mereka sendiri tanpa perlu pergi ke fasilitas kesehatan.
Apa saja kegiatannya?
Selama pelatihan, peserta diberikan pengetahuan mendalam tentang perkembangan kasus HIV di kota kediri dan strategi menjangkau populasi kunci. Para peserta juga diberikan panduan mengenai tindakan lanjutan yang harus diambil dalam hal hasil tes yang positif. Pelatihan ini juga mencakup pemahaman tentang pentingnya dukungan sosial bagi individu yang hidup dengan kondisi ini. Yayasan Redline Indonesia menggunakan metode yang interaktif dan partisipatif dalam pelatihan ini. Peserta diberi kesempatan untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan bertanya kepada para narasumber dan fasilitator.
Narasumber
Narasumber dalam pelatihan ini yaitu Pengelola Program HIV Dinas Kesehatan Kota Kediri, Sulistiyani. Dalam pemaparannya, disampaikan bahwa dari Januari – Maret 2023 telah dilakukan pemeriksaan HIV sebanyak 3306 orang. Selain itu, ditemukan kasus HIV positif sebanyak 34 orang. Selain itu, pada pelatihan ini juga mendatangkan M. Risya Islami selaku staf M&E SR Yayasan eLSA dan Yuyun Suwastiningrum selaku staf program SR Yayasan eLSA untuk membahas strategi penjangkauan populasi kunci agar mencapai capaian yang baik di akhir semester 1 tahun 2023. Terakhir, ada juga pemaparan materi dari staf CLO Yayasan Redline Indonesia, Indira Prakoso, mengenai 15 indikator pelanggaran HAM.
Community Agent of Change
Setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan dapat menjadi agen perubahan dalam komunitas mereka sendiri. Mereka dapat menyebarkan informasi yang benar tentang HIV, mengedukasi orang lain tentang pentingnya skrining mandiri, memberikan dukungan emosional bagi individu yang terkena dampak HIV, serta mendampingi korban kasus kekerasan atau pelanggaran HAM. Dengan demikian, pelatihan ini akan memperkuat dampak positif dalam masyarakat, meminimalkan penyebaran HIV, dan membantu individu untuk hidup dengan lebih baik.
Yayasan Redline Indonesia berharap bahwa pelatihan ini menjadi langkah awal dalam upaya penanggulangan HIV yang lebih luas. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, pelatihan semacam ini dapat menjadi model yang efektif untuk meningkatkan kesadaran, mengurangi stigma, dan mendukung individu yang hidup dengan HIV. Melalui kerja sama antara yayasan, pemerintah, dan masyarakat, kita dapat mencapai tujuan bersama untuk mewujudkan masyarakat yang bebas dari HIV dan menghadirkan perubahan positif yang signifikan.